
Iya aku, yang kemudian Bapak memberikan nama Ashlih Nur Muharom, “Cahaya yang baik dibulan Muharram” semacam itulah maksudnya kepadaku. Tak banyak yang aku ketahui tentang kisah dibalik nama itu, karena bahkan sampai saat ini Bapak tak pernah menceritakannya padaku dan aku pun tak bermaksut untuk mempertanyakannya. Aku yakin ada kisah yang sangat baik dibalik nama ini.
Waktu
terus berjalan, hingga tiba waktunya aku harus berbaur dengan orang
lain sebagai teman, murid, ataupun sekadar kenalan di jalan, aku merasa
namaku itu susah untuk diterima telinga orang lain dalam sekali ucap.
“Perkenalkan namaku Ashlih Nur Muharom..” – “Haa? Asih? Asli? Ooh
Muslih?”. Selalu ada percakapan semacam itu tiap kali aku memperkenalkan
diri kepada orang asing sejak pertama kali aku bisa bicara hingga saat
ini. Tak hanya sampai disitu, bahkan aku sering mendapat panggilan
“Ibu/mbak Ashlih” misalnya saja saat antri di apotek, dokter, atau
bahkan tempat makan yang harus antri dulu sebelum masuk. Ya memang aku
sendiri merasa nama ini lebih enak didengar di telinga sebagai nama
seorang wanita, bukan seorang pria berbadan super jumbo dengan suara bak
speaker nge-bass. Hingga selalu ada saat aku harus berpikir bagaimana
cara mengucapkannya setiap kali aku mau memperkenalkan diri agar tak
terdengar sebagai Asih, Asli, bahkan Muslih.
Walaupun
banyak kejadian yang sering membuatku minder dulu sebelum
memperkenalkan diri, tapi selalu ada kebanggaan yang muncul setiap kali
Bapak berkhotbah Jum’at, dan selalu menyebutkan namaku sebagai do’a-nya.
Allahumma
ashlih lii fii diiniil ladzii huwa 'ishmatu amrii wa ashlih lii
dun-yaayal latii fiihaa ma'aasyi wa ashlih lii aakhiratil latii fiihaa
ma'aadii waj'alil hayaata ziyaadata lii fii kulli khayrin wajalil mawta
raahatan lii min kulli syarrin.
Ya Allah, baguskanlah untukku agamaku yang jadi pangkal urusanku, baguskan pula duniaku yang jadi tempat penghidupanku, dan baguskanlah akhiratku yang padanya tempat kembaliku nanti, jadikanlah hidup itu menjadi bekal/tambahan bagiku dalam segala kebaikan, serta jadikanlah mati itu pelepas segala keburukan bagiku. (HR. Muslimin)
Ya Allah, baguskanlah untukku agamaku yang jadi pangkal urusanku, baguskan pula duniaku yang jadi tempat penghidupanku, dan baguskanlah akhiratku yang padanya tempat kembaliku nanti, jadikanlah hidup itu menjadi bekal/tambahan bagiku dalam segala kebaikan, serta jadikanlah mati itu pelepas segala keburukan bagiku. (HR. Muslimin)
Subhanallah,
itu hanya salah satu saja dari doa-doa yang ada namaku di dalamnya,
selalu membuat sebuah senyuman tertaut diwajahku ketika mendengarkan
Bapak membacakan do’a tersebut.
Terima kasih Bapak, atas nama yang telah Kau berikan padaku.
0 comments:
Post a Comment