Powered by Blogger.

15 Jan 2014

Ashlih namaku...

| | 0 comments
Kala itu Rabu Kliwon 27 Muharram 1412 tepat pada dini hari, lahirlah seorang bayi dari rahim wanita paling hebat sedunia -setidaknya menurutku-. Lahir disebuah kampung kecil di pinggiran kota paling Istimewa se-antero pulau Jawa. Aku tak melihatnya sendiri tapi aku yakin ada lukisan kebahagian yang maha dahsyat di raut wajah Bapak, Ibuk, dan Mas-ku karena bayi yang lahir saat itu adalah aku.
Iya aku, yang kemudian Bapak memberikan nama Ashlih Nur Muharom, “Cahaya yang baik dibulan Muharram” semacam itulah maksudnya kepadaku. Tak banyak yang aku ketahui tentang kisah dibalik nama itu, karena bahkan sampai saat ini Bapak tak pernah menceritakannya padaku dan aku pun tak bermaksut untuk mempertanyakannya. Aku yakin ada kisah yang sangat baik dibalik nama ini.

Waktu terus berjalan, hingga tiba waktunya aku harus berbaur dengan orang lain sebagai teman, murid, ataupun sekadar kenalan di jalan, aku merasa namaku itu susah untuk diterima telinga orang lain dalam sekali ucap. “Perkenalkan namaku Ashlih Nur Muharom..” – “Haa? Asih? Asli? Ooh Muslih?”. Selalu ada percakapan semacam itu tiap kali aku memperkenalkan diri kepada orang asing sejak pertama kali aku bisa bicara hingga saat ini. Tak hanya sampai disitu, bahkan aku sering mendapat panggilan “Ibu/mbak Ashlih” misalnya saja saat antri di apotek, dokter, atau bahkan tempat makan yang harus antri dulu sebelum masuk. Ya memang aku sendiri merasa nama ini lebih enak didengar di telinga sebagai nama seorang wanita, bukan seorang pria berbadan super jumbo dengan suara bak speaker nge-bass. Hingga selalu ada saat aku harus berpikir bagaimana cara mengucapkannya setiap kali aku mau memperkenalkan diri agar tak terdengar sebagai Asih, Asli, bahkan Muslih. 

Walaupun banyak kejadian yang sering membuatku minder dulu sebelum memperkenalkan diri, tapi selalu ada kebanggaan yang muncul setiap kali Bapak berkhotbah Jum’at, dan selalu menyebutkan namaku sebagai do’a-nya.
ashlih dalam doa
DOA
Allahumma ashlih lii fii diiniil ladzii huwa 'ishmatu amrii wa ashlih lii dun-yaayal latii fiihaa ma'aasyi wa ashlih lii aakhiratil latii fiihaa ma'aadii waj'alil hayaata ziyaadata lii fii kulli khayrin wajalil mawta raahatan lii min kulli syarrin.
Ya Allah, baguskanlah untukku agamaku yang jadi pangkal urusanku, baguskan pula duniaku yang jadi tempat penghidupanku, dan baguskanlah akhiratku yang padanya tempat kembaliku nanti, jadikanlah hidup itu menjadi bekal/tambahan bagiku dalam segala kebaikan, serta jadikanlah mati itu pelepas segala keburukan bagiku. (HR. Muslimin)


Subhanallah, itu hanya salah satu saja dari doa-doa yang ada namaku di dalamnya, selalu membuat sebuah senyuman tertaut diwajahku ketika mendengarkan Bapak membacakan do’a tersebut.
Terima kasih Bapak, atas nama yang telah Kau berikan padaku.

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Featured Post

 
Twitter Facebook Dribbble Tumblr Last FM Flickr Behance